Bandung Punya Modal Jalankan Program Makan Bergizi Gratis
Direktur i-Sustain Universitas Parayangan dan Bandung Kota Cerdas Pangan Theresia Gunawan menyampaikan Program Makan Siang Gratis Rp10 ribu per porsi masih mungkin dilakukan. Meskipun hal ini bergantung pada faktor-faktor tertentu seperti ketersedian dan harga bahan makanan, efesiensi rantai pasokan.
Untuk mengurangi biaya transportasi sekaligus mengurangi jejak karbon, Theresia menyarankan agar bahan baku berasal dari bahan pertanian lokal. Jika dimungkinkan pengelolaan makanan diberikan kepada sekolah maupun outsorse kepada katering setempat dengan standar operasi jelas dan pegawasan ketat.
Kota Bandung punya modal karena sudah mempunyai program Buruan SAE (Sehat Alami Ekonomis) atau urban farming yang saat ini sudah mempunyai lebih dari 300 titik. Konsep ini bisa mendukung program makan siang gratis, terutama untuk sekolah-sekolah di dekat lokasi urban farming ikut memasok sayuran, lele dan telur untuk sekolah terdekat.
“Memanfaatkan urban farming tidak hanya menekan biaya logistik tetapi juga memastikan pasokan makanan segar. Selain itu kolaborasi dengan komunitas urban farming dapat memperkuat ketahanan pangan lokal dan mendukung ekonomi masyarakat setempat,” ujar Theresia Gunawan ketika saya hubungi, 9 Desember 2024.
Lanjut dia, strategi TVTOGEL ini perlu dirancang dan dikaji dengan serius sehingga kita dapat mengintegrasikan program-program pemerintah yang sudah ada secara sinergis dan keberlanjutan program.
Tim i-Sustain UNPAR diundang oleh Milan Urban Food Policy Pact (MUFPP) and Bangkok Metropolitan Administration (BMA) dalam kegiatan Asia Pacific Regional Forum. Mereka melakukan studi banding untuk menjadi bahan masukan bagi pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis.
Kegiatan bertajuk “Nourishing Growing Cities: Enhancing School Meals And Supporting Local Communities” berlangsung di Bangkok pada 2-4 Desember 2024.
Forum ini bertujuan untuk mengeksplorasi pentingnya Progam Makanan Sekolah ( School Meal Program) terintegrasi dengan kebijakan, praktik pertanian perkotaan, pengolahan sampah pangan dan food bank.
Hal ini menarik karena sekali Bandung punya potensi untuk itu, selain titik Buruan SAE, Bandung punya program Kang Pisman pemisahan sampah, di mana hasil pupuk bisa untuk urban farming. Selain itu Bandung mampunyai banyak kuliner dan hotel yang potensial punya makanan sisa yang masih layak dan tentunya bergizi.
Menurut keterangan Theresia, Pemerintah Thailand sendiri mempunyai program makan siang gratis atau Scool Lunch Program (PLP) yang sudah dimulai pada 1992. Program ini terintegrasi dengan program produk-produk pertanian setempat.
Awalnya, sekolah menerima subsidi sebesar 5 baht setara dengan Rp2.327) per-siswa per-hari selama 200 hari per-tahun akademik.
“Kemudian sejak 2021, subsidi ditingkatkan menjadi 21 baht atau sekira Rp9.777 per siswa per-hari yang dialokasikan untuk siswa TK sampai kelas 6 SD,” pungkas Theresia.
Apa yang diungkapkan Theresia Gunawan setelah studi banding patut menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Bandung, terutama pemerintah mendatang karena sudah punya modal. Pemerintah Kota Bandung tahun lalu menargetkan pada 2024menambah jumlah titik Buruan SAE sekitar seratus. Jika itu terlaksana maka jumlah titik Buruan SAE bisa menjadi di atas 400 mungkin 500 titik.
Jadi tinggal tunggu pelaksanaannya.