Sustainable Development Goals (SDGs) dalam Perspektif Hubungan Internasional
Memasuki milenium baru, PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) meluncurkan program yang bernama MDG (Millenium Development Goals) sebuah program yang bertujuan untuk membuat kondisi dunia lebih baik pada abad ke-21, program tersebut berisikan 8 poin utama yang menjadi target untuk seluruh anggota PBB dalam kurun waktu mulai tahun 2000 hingga tahun 2015. 8 Poin tersebut adalah memberantas kemiskinan ekstrem, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mempromosikan kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan Ibu, memerangi HIV dan AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan membangun kemitraan global untuk pembangunan. Program ini berhasil mencapai targetnya dengan tepat waktu bahkan sebelum program berakhir, seperti Partisipasi pendidikan dasar di negara-negara berkembang mencapai 90 persen pada tahun 2010, orang yang hidup dengan kurang dari $1,25 per hari turun dari 47 persen pada tahun 1990 menjadi 22 persen pada tahun 2010 di negara-negara berkembang, dan Lebih dari 10 juta nyawa telah diselamatkan melalui vaksin campak sejak tahun 2000 (United Nations, 2013).
Setelah MDG berakhir pada tahun 2015, PBB meluncurkan program baru yang menjadi penerus dari MDG bernama SDG (Sustainable Development Goals) dan diadopsi oleh lebih dari 150 negara anggota PBB pada United Nations Sustainable Development Summit tanggal 25 September 2015. SDG berisikan 17 poin dengan target tahun 2030. Poin-poin tersebut mengacu pada dokumen yang tidak mengikat dengan judul ‘The Future We Want’ pada United Nations Conference on Sustainable Development.
Dari beberapa hal diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui bagaimana Sustainable Development Goals dari perspektif Ilmu Hubungan Internasional, ilmu yang mempelajari tentang hubungan antarnegara, antarkelompok, dan masyarakat dunia yang menentukan cara hidup, berfikir dan bertindak (Mandak, 2019).
KERANGKA KONSEPTUAL
Beberapa konsep Pengantar Ilmu Hubungan Internasional yang digunakan pada penulisan ini adalah :
Liberalisme
Liberalisme merupakan teori yang mengutamakan hak individu seperti hak untuk hidup, kebebasan dan memiliki properti sendiri, liberalisme merupakan teori yang dianggap tradisional atau klasik dalam dunia Hubungan Internasional karena liberalisme adalah salah satu teori yang muncul pada awal dari Ilmu Hubungan Internasional. Wujud dari liberalisme sendiri adalah Demokrasi Liberal sebagai cara untuk mendeskripsikan ideologi negara dengan pemilihan umum yang bebas dan adil, penegakkan hukum dan hak individu yang dilindungi oleh negara. (Meiser, 2018) Karakteristik dari liberalisme adalah lebih mementingkan perdamaian, mengutamakan kerjasama antarnegara, adanya hukum internasional dan organisasi internasional yang menfokuskan kerjasama negara dan perdagangan bebas (Deudney & Ikenberry, 1999)
Neoliberalisme
Lahir di tahun 1980-an, Neoliberalisme merupakan pemikiran yang mengutamakan kerjasama internasional dan kebijakan yang berdampak pada jangka panjang, neoliberalisme mementingkan peran sentral dari institusi atau organisasi internasional (Saleh et al., 2019). Contohnya seperti PBB yang memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan organisasi internasional dan mengatasi masalah-masalah dalam skala internasional salah satunya dengan program SDG (Sustainable Development Goals) untuk mengatasi berbagai masalah-masalah yang berskala internasional.
Civil Society
Civil Society tidak memiliki definisi yang pasti dikarenakan cakupan ruang lingkup wilayahnya (Rijal & Anggraheni, 2019). Namun, menurut (Marchetti, 2016) Civil Society adalah salah satu aktor non negara dalam lingkup hubungan internasional seperti NGO (Non Govermental Organization) yang mementingkan keuntungan untuk suatu kelompok dalam masyarakat.
Globalisasi
Globalisasi adalah meningkatnya ketergantungan satu sama lain dalam bentuk ekonomi dunia, budaya, masyarakat yang di bawa oleh perdagangan lintas batas berupa barang, jasa, teknologi, informasi, dan arus investasi yang terjadi di seluruh dunia. Globalisasi mulai populer pada tahun 1990-an setelah berakhirnya perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, dan globalisasi telah berdampak pada kehidupan masyarakat di masa sekarang (Kolb, 2018).
PEMBAHASAN
SDG (Sustainable Development Goals) CVTOGEL adalah program yang dibuat oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) kepada anggotanya untuk mengurangi atau menyelesaikan masalah yang dihadapi pada anggota-anggota negaranya. SDG resmi diterapkan setelah lulusnya resolusi PBB A/RES/70/1 pada tanggal 25 September 2015. SDG merupakan program lanjutan dari MDG (Millenium Development Goals) yang telah berakhir pada tahun 2015 silam.
SDG terdiri dari 17 poin yang merupakan masalah yang sedang dihadapi oleh negara-negara anggota dari PBB, yaitu (1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan (SDGs Nasional, n.d.).
Berdasarkan teori yang digunakan untuk penelitian ini, maka SDG saat ini merupakan contoh dari teori neoliberalisme yang mementingkan organisasi internasional dan kerjasama internasional, PBB selaku pembuat program SDG merupakan salah satu wujud dari praktek teori neoliberalisme yang merupakan respons dari teori liberalisme yang melemah setelah berakhirnya Perang Dunia II (Mirowski & Plehwe, 2009).
Walaupun anggota-anggota negara PBB tetap bersatu untuk memenuhi target SDG, berdasarkan laporan PBB tentang perkembangan SDG tahun 2024 menunjukkan bahwa hanya 17 persen dari target SDG yang hampir tercapai, dan hampir setengah menunjukkan perkembangan sedang atau minimal, dan lebih dari sepertiganya terhenti bahkan mengalami kemunduran. Hal tersebut menunjukkan perlunya komitmen lebih dan memerlukan investasi yang lebih banyak untuk mencapai target SDG (United Nations, 2024).
Poin 1, dimana tujuannya ingin menghapuskan kemiskinan dalam bentuk apapun. Berdasarkan laporan PBB tentang perkembangan SDG tahun 2024 menunjukkan negara berpendapatan rendah jauh tertinggal dalam program ini, selain itu terjadinya COVID-19 dan ketidakstabilan harga pada 2020-2022 akibat terganggunya pasokan (United Nations, 2024) dan sebagiannya disebabkan oleh Perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan kenaikan harga gandum sebanyak 30 persen pada fase awal perang (Carter & Steinbach, 2024). Kerjasama Internasional harus lebih ditingkatkan lagi terutama antara negara maju dan negara produsen dengan negara berpendapatan rendah untuk mengejar target SDG yang akan berakhir pada tahun 2030. Globalisasi turut andil dalam memenuhi poin 1 dalam SDG, salah satunya dengan melakukan perdagangan internasional tanpa halangan atau batasan yang dapat menghambat, investasi juga merupakan bagian dari globalisasi dengan datangnya investor asing dapat meningkatkan pendapatan di suatu negara.
Selain globalisasi dan neoliberalisme, civil society juga memiliki peran yang penting di dalam SDG, dengan NGO (Non Govermental Organization) membantu pemerintah dalam memenuhi target SDG, dimana NGO memiliki kontribusi besar untuk memenuhi target SDG salah satunya yaitu SDG poin 1 dimana NGO membantu pemerintah untuk mengurangi kemiskinan di Kota Bandung, dan membantu pemerintah untuk memenuhi SDG poin 11 dengan terlibat pada projek rumah yang terjangkau dengan tujuan untuk meningkatkan standar kehidupan untuk masyarakat dengan pendapatan rendah. NGO di Kota Bandung juga ikut andil dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat seperti pelatihan skill, bantuan kepada UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) serta memberikan dukungan kepada bisnis kecil (Nugraha et al., 2024).
KESIMPULAN
SDG (Sustainable Development Goals) secara keseluruhan merupakan program dari PBB yang terdiri dari 17 poin penting dengan setiap masalah yang berbeda. Progres SDG banyak yang mengalami hambatan dengan hampir separuh poin dari SDG berkembang sangat minim, stagnan bahkan mengalami kemunduran karena situasi dunia internasional yang semakin tidak stabil, mulai dari COVID-19 pada tahun 2020, hingga situasi di Timur Tengah yang memanas pada tahun 2024, membuat pasokan dunia terancam. SDG merupakan perwujudan dari teori neoliberalisme berjalan dengan baik, namun dengan komitmen para anggota negara PBB yang masih kurang membuat sedikit keraguan apakah SDG bisa mencapai targetnya pada tahun 2030. Globalisasi dan Civil Society merupakan salah satu solusi dalam tantangan yang dialami untuk program SDG tersebut. Dengan meningkatkan perdagangan antarnegara serta investasi terutama negara yang memiliki pendapatan rendah dapat mengejar ketertinggalan perkembangan SDG dikalangan negara-negara berpendapatan rendah. Civil Society juga merupakan elemen penting bagi setiap negara untuk mempercepat perkembangan dalam memenuhi target SDG. Dengan NGO (Non Govermental Organziation) yang ada di setiap wilayah negara anggota dapat menjadi bantuan bagi pemerintah tersebut untuk mewujudkan program yang selaras dengan SDG atau pembangunan yang berkelanjutan.